MAKALAH
ASKEB IV PATOLOGI
PERSALINAN DENGAN PENYULIT KALA III
DAN IV
ATONIA UTERI, RETENSIO PLACENTA
DAN EMBOLI AIR KETUBAN
OLEH
WINDA S FEBRIANTY
YULI RAHMAWATI
YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA
AKADEMI KEBIDANAN PELAMONIA
MAKASSAR
2012
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah
menolong hamba-Nya menyelesaikan makala ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongan dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makala ini disusun agar pembaca dapat
memperluas ilmu tentang Persalinan dengan Penyulit KALA III dan IV. Yang kami
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber, makala ini disusun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penysun maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan
akhirnya makala ini dapat diselesaikan. Walaupun makala ini mungkin kurang
sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen Askeb IV Patologi yaitu Ratang Hamka S, ST yang gtelah membimbing
penyusun.
Semoga makala ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makala ini memiliki kelebihan
dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritikannya. Terima kasih
Makassar
15 mei 2012
Penyusun
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu.
Diperlukan segenap kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan
prosesnya. Banyak ibu hamil dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan
selamat. Namun banyak pula, persalinan menyebabkan terjadinya komplikasi yang
disebabkan oleh berbagai hal.
Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab penting
kematian ibu:1/4 dari kematian ibu disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan
tidak menyebabkan kematian, kejadian ini sangat mempengaruhi morbiditasnifas
karena anemia akan menurunkan daya tekan tubuh sehingga sangat penting untuk
mencegah perdarahan yang banyak.
Perdarahan
pasca persapersalinan sekarang dapat di bagi menjadi:
· Perdarahan
pascapersalinan dini adalah perdarahan 7,500 cc pada 24 jam pertama setelah
persalinan
· Perdarahan
pascapersalinan lambat ialah perdarahan 7,500 cc setelah 24 jam persalinan
PEMBAHASAN
Penyulit Persalinan Kala III
A. Atonia Uteri
Atonia uteri merupakan penyebab
terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering
untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme
utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi karena
kegagalan mekanisme ini. Perdarahan pospartum secara
fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang
mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta.
Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tidak berkontraksi.
Etiologi :
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi (penunjang ) seperti :
1. Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion,
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi (penunjang ) seperti :
1. Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion,
Paritas tinggi
2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
3. Multipara dengan jarak kelahiran pendek
4. Partus lama / partus terlantar
5. Malnutrisi.
6. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya placenta
2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
3. Multipara dengan jarak kelahiran pendek
4. Partus lama / partus terlantar
5. Malnutrisi.
6. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya placenta
Belum terlepas dari dinding uterus.
Penatalaksanaan :
1. Bersihkan semua gumpalan darah atau membran
yang mungkin berada di dalam mulut uterus atau di dalam uterus
2.Segera mulai
melakukan kompresi bimanual interna
3.Jika
uterus sudam mulai berkontraksi secara perlahan di tarik tangan penolong. Jika uterus sudah berkontraksi,
lanjutkan memantau ibu secara ketat.
4.
Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, minta
anggota keluarga melakukan bimanual interna sementara penolong memeberikan
metergin 0,2 mg IM dan mulai memberikan IV (RL dengan 20 UI oksitosin/500 cc
dengan tetesan cepat).
5.
Jika uterus masih juga belum berkontraksi mulai lagi
kompresi bimanual interna setelah anda memberikan injeksi metergin dan sudah
mulai IV
6. Jika
uterus masih juga belum berkontraksi dalam 5-7 menit, bersiaplah untuk
melakukan rujukan dengan IV terpasang pada 500 cc/jam hingga tiba di tempat r
ujukan atau sebanyak 1,5 L seluruhnya diinfuskan kemudian teruskan dengan laju
infus 125 cc/jam.
B. Retensio Placenta
Retensio Plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta
selama setengah jam setelah kelahiran bayi. Plasenta harus dikeluarkan karena
dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat
terjadiplasenta inkarserata dapat terjadi polip plasenta, dan terjadi
degenerasiganas korio karsinoma
Etiologi :
1. Plasenta
belum lepas dari didinding uterus.
2. Plasenta
sudah lepas tetapi belum dilahirkan (disebabkan karena tidak adanya usaha untuk
melahirkan atau karena salah penanganan kala III).
3. Kontraksi
uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta
4. Plasenta
melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korealis menembus
desidua sampai miometrium-sampai dibawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
Penatalaksaan :
1. Jika plasenta terliahat dalam
vagina, mintalah ibu untuk mengejan. Jika anda dapat merasakan adanya plasenta
dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut.
2. Pastikan kandung kemih
sudah kosong. Jika diperlukan, lakukan katerisasi kandung kemih
3. Jika plasenta belum
keluar, berikan oksitosin 10 Unit IM, jika belum dilakukan dalam penanganan
aktif kala III
4. Jika plasenta belum
dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin dan uterus terasa berkontraksi,
lakukan penarikan tali pusat terkendali.
5. Jika traksi tali
pusat terkendali belum berhasil, cobalan untukmengeluarkan plasenta secara
manual. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji pembekuan darah
sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan
lunak yang dapat pecah dengan mudam menunjukan koagulapati
6. Jika terdapat
tanda-tanda infeksi (demam, secret vagina yang berbau), berikan antibiotik
untuk metritis.
Jenis – Jenis Retensio Placenta
Ø Plasenta Adhesiva
Placenta Adhesiva adalah implantasi yang
kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme
separasi fisiologis.
Ø
Placenta Akreta
Placenta Akreta adalah implantasi jonjot korion plasetita hingga memasuki
sebagian lapisan miornetrium.
Ø Placenta Inkreta
Placenta inkreta adalah implantasi
jonjot korion plasenta hingga mencapai / memasuki miornetrium.
Ø
Placenta Perkreta
Placenta perkreta adalah implantasi
jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan
serosa dinding uterus.
Ø
Placenta Inkaserata
Placenta
inkaserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri disebabkan oleh
kontriksi osteuni uteri.
C.
Emboli Air
Ketuban
Emboli air ketuban menimbulkan syok yang sangat
mendadak dan biasanya berakhir dengan kematian. Salah satu syok dalam obstetric
yang bukan disebabkan karena perdarahan.
Etiologi :
Penyebabnya adalah masuknya air ketuban melalui vena
endoserviks atau sinus vena yang terbuka didaerah tempat perlekatan placenta.
Masuknya air ketuban yang juga lanugo, verniks kaseosa dan juga mekonium
kedalam peredaran darah ibu akan menyumbat pembuluh-pembuluh kapiler dalam
paru-paru ibu, selain itu zat-zat itu juga menimbulkan reaksi anafilaksis yang
besar dan gangguan pembekuan darah
Gejala Klinis
Gejala awal yaitu penderita tampak
gelisah, mual-mual, disertai tachicardi dan takhipnoe. Selanjutnya timbul
dispnea dan sianosis, tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemah, kesadaran
menurun, komplikasi yang lain adalah gangguan pembekuan darah.
Penatalaksanaan
:
Pemberian zat asam dengan tekanan positif untuk
mengatasi odema paru-paru digitalis diberikan bila ada indikasi payah jantung.
Dapat diberi morfin 0,01 – 0,02 sub cutan atau atropine 0,001 – 0,003 iu
pelahan-lahan dan pavaperin 0,004 i.u. Masuknya bahan trombhoplastin dari
plasenta kedalam sirkulasi ibu dapat menyebabkan kerusakan fibronogen yang ada
atau yang diberikan, sehingga darah tidak dapat berkoagulasi walaupun diberikan
fibrinogen.
Mengenal Komplikasi Pada Persalinan
Berikut beberapa komplikasi
yang biasa terjadi pada persalinan
Perdarahan Masa Nifas
Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan
dengan jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir. Ada dua jenis menurut
waktunya, yaitu perdarahan dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan
perdarahan nifas.
Penyebab tersering adalah atoni uteri, yakni otot rahim tidak
berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir. Normalnya, setelah
bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh
darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti. Namun, terjadi atoni uteri,
rahim tidak dapat berkontraksi dengan baik, sehingga pembuluh darah tetap
terbuka. Dengan demikian terjadilah perdarahan postpartum.
Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada dalam
pengawasan. Dalam dua jam pertama, kondisi Anda terus dipantau, salah satunya
untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum.
Sementara itu,
perdarahan masa nifas dapat terjadi ketika Anda sudah tidak berada di rumah
sakit lagi. Oleh karena itu Anda harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya
perdarahan post partum. Beberapa hal yang lajim, misalnya wajah tampak pucat,
nadi teraba cepat dan kecil, kulit kaki dan tangan dingin, serta perdarahan
melalui vagina yang terjadi berulang, banyak, dan menetap, atau perdarahan di
vagina yang disertai bau busuk. Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke
dokter atau rumah sakit terdekat.
Penanganan
dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya perdarahan. Perdarahan pada 24 jam
pertama persalinan umumnya disebabkan oleh robekan/trauma jalan lahir, adanya
sisa plasenta ataupun atoni uteri. Apabila penyebabnya adalah atoni uteri,
penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya. Jika perdarahan tidak
banyak, dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim),
mengurut rahim, dan memasang gurita. Bila perdarahan belum berhenti dan
bertambah banyak, selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah, lalu dokter
akan melakukan beberapa teknik (manufer). Dan bila belum tertolong juga maka
usaha terakhir adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara
yaitu mengikat pembuluh darah atau mengangkat rahim (histerektomi).
Perdarahan
pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi. Jika perdarahan disertai pasca
persalinan, maka selain pemberian uterotonika, dokter akan memberikan juga anti
biotik yang memakai adekuat.
Infeksi Pasca Persalinan (Postpartum)
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan.
Keadaan ini ditandai oleh peningkatan suhu tubuh, yang dilakukan pada dua kali
pemeriksaan, selang waktu enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan.
Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius dan tidak ditemukan penyebab
lainnya (misalnya bronhitis), maka dikatakan bahwa telah terjadi infeksi post
partum.
Infeksi yang
secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah infeksi pada rahim,
daerah sekitar rahim, atau vagina. Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah
persalinan.
Beberapa
keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi post
partum, antara lain anemia, hipertensi pada kehamilan, pemeriksaan pada vagina
berulang-ulang, penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban
pecah, persalinan lama, operasi caesar, tertinggalnya bagian plasenta didalam
rahim, dan terjadinya perdarahan hebat setelah persalinan.
Gejalanya
Antara lain menggigil, sakit
kepala, merasa tidak enak badan, wajah pucat, denyut jantung cepat, peningkatan
sel darah putih, rasa nyeri jika bagian perut ditekan, dan cairan yang keluar
dari rahim berbau busuk. Jika infeksi menyerang jaringan disekeliling rahim,
maka nyeri dan demamnya lebih hebat.
Ruptur Uteri
Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak
utuh. Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri, misalnya ibu
yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya. Selain itu, kehamilan
dengan janin yang terlalu besar, kehamilan dengan peregangan rahim yang
berlebihan, seperti pada kehamilan kembar, dapat pula menyebabkan rahim sangat
teregang dan menipis sehingga robek. Gejala yang sering muncul adalah nyeri
yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal.
Pada keadaan
awal, jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan
tidak mempengaruhi keadaan Anda dan janin. Namun, jika robekan yang luas dan
menyebaabkan perdarahan yang banyak, dokter akan segera melakukan operasi
segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim. Hal ini bertujuan
agar Anda tidak kehilangan darah terlalu banyak, dan bayipun dapat
diselamatkan. Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan
darurat lainnya, sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU.
Apabila
terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu, hal ini mengakibatkan
suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang, sehingga dapat menyebabkan
kematian janin dan ibu.
Jika ibu
memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya, disarankan untuk tidak
hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang. Namun, jika
Anda hamil lagi, diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan, kemudian
bayi akan dilahirkan dengan cara caesar.
Trauma Perineum
Perineum adalah otot, kulit, dan jaringan yang ada diantara kelamin dan
anus. Trauma perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses
persalinan. Hal ini karena desakan kepala atau bagian tubuh janin secara
tiba-tiba, sehingga kulit dan jaringan perineum robek.
Berdasarkan
tingkat keparahannya, trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat.
Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa
saluran vagina. Perdarahannya biasanya sedikit. Trauma derajat dua, luka sudah
mencapai otot. Trauma derajat tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas,
bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-otot anus, sehingga pendarahannya
pun lebih banyak.
Trauma
parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu
besar, proses persalinan yang lama, serta penggunaan alat bantu persalinan
(misal forsep).
Adanya luka
pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama
beberapa minggu setelah melahirkan. Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika
berhubungan intim.
Saat
persalinan, terkadang dokter melakukan episiotomi, yaitu menggunting perineum
untuk mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah
robekan perineum yang tidak beraturan. Dengan episiotomi, perineum digunting
agar jalan lahir lebih luas. dengan demikian perlukaan yang terjadi dapat
diminimalkan.
KESIMPULAN
Perdarahan pasca persalinan secara tradisional ialah
perdarahan yang melebihi 500 cc pada kala III.
Perdarahan pasca persapersalinan sekarang dapat di bagi menjadi:
1. Perdarahan pascapersalinan dini adalah perdarahan 7,500 cc pada 24 jam pertama setelah persalinan
2. Perdarahan pascapersalinan lambat ialah perdarahan 7,500 cc setelah 24 jam persalinan
Perdarahan pasca persapersalinan sekarang dapat di bagi menjadi:
1. Perdarahan pascapersalinan dini adalah perdarahan 7,500 cc pada 24 jam pertama setelah persalinan
2. Perdarahan pascapersalinan lambat ialah perdarahan 7,500 cc setelah 24 jam persalinan
Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab penting kematian ibu:1/4 dari kematian ibu disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan tidak menyebabkan kematian, kejadian ini sangat mempengaruhi morbiditasnifas karena anemia akan menurunkan daya tekan tubuh sehingga sangat penting untuk mencegah perdarahan yang banyak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar